Wisata Alam Mamuju yang tak tersentuh

Wisata Alam Mamuju yang tak tersentuh
Campaloga

Minggu, 02 Februari 2014

Harta Bersifat Reversible

Abdul Fadhil Abu Al-Hamd (“15 Sebab Dicabutnya Berkah”, Pustaka Al-Kautsar, 2006), menjelaskan bahwa makna berkah (Al Barokah) ialah berkembang dan bertambah. Harta yang berkah akan dapat berkembang biak. Dia dapat beranak pinak sebesar yang dikehendaki oleh Allah SWT. Berkah juga berarti berkembang menjadi lebih besar. Bila diandaikan sebuah pohon maka harta yang berkah akan membuat pohon tumbuh besar dengan batang, dahan dan ranting yang makin bertambah banyak dan besar. Daun pohon akan rindang, bunga dan buahnya akan bermanfaat bagi orang disekitarnya. Bukan itu saja, pohonpun akan tumbuh menjadi rumpun pohon yang siap sedia digunakan oleh siapapun yang memerlukannya. Tumbuh dan berkembang memang merupakan salah satu sifat harta. Di sisi yang lain, harta juga dapat menyusut, mengecil dan setelah itu habis, ludes, nol!, tidak berbekas sama sekali!. Kita bisa melihat di kehidupan sehari-hari, harta yang dikumpulkan oleh seseorang, pada awalnya tumbuh menjadi banyak, hingga mencapai suatu titik maksimum. Setelah itu harta sedikit demi sedikit berkurang, menyusut, mengecil hingga harta habis tak berbekas. Penjelasan di atas menunjukan bahwa harta bersifat reversible. Artinya dia bisa kembali ke posisi awal. Berbeda dengan tumbuhnya badan kita yang irreversible. Yang saya maksud dengan irreversible adalah suatu proses yang tidak bisa kembali ke bentuk awal atau posisi awal. Tentu kita tahu, ketika kita lahir dari rahim seorang ibu, kita hanyalah seorang bayi kecil. Lalu kita tumbuh menjadi dewasa. Nah bila sudah dewasa tentunya kita tidak bisa kembali masuk ke dalam rahim ibu bukan?. Nah berbeda dengan badan kita, harta bisa tumbuh dan berkembang, namun tumbuhnya harta adalah reversible. Dia bisa kembali ke posisi awal bahkan dia bisa sampai ke titik nol. Proses reversible harta ini dipengaruhi oleh keberkahan yang dikandung oleh harta tsb. Seseorang yang memperoleh harta dengan cara yang tidak baik dan tidak benar akan menyebabkan harta menjadi tidak berkah. Saya ambil contoh harta yang diperoleh orang dengan cara korupsi. Diawalnya harta tsb berlimpah, dia dapat dengan cepat mengumpulkan harta dalam bentuk kendaraan, rumah mewah, deposito, aset usaha dsbnya. Ketika tiba waktunya, yaitu pengadilan memutuskan bahwa dia harus dipenjara. Semua hartanya disita. Istrinya menjadi stress. Anakpun terlibat narkoba dstnya. Nauzdu billahimindzalik. Berkah juga memiliki arti kebahagiaan. Harta yang berkah akan menjadi adem bagi kehidupan diri sendiri, keluarga maupun orang-orang di sekitarnya. Ademnya harta akan menghasilkan kebahagiaan bagi yang memakainya. Kita bisa melihat kehidupan satu keluarga yang dihidupi dengan harta yang berkah. Keluarga tersebut menjadi harmonis. Ada rasa saling menghormati diantara suami, istri dan anak. Berkah juga berarti senantiasa menambah kebaikan dan memberikan nilai tambah pada segala sisi kehidupan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang di sekitarnya. Banyak contoh ketika suatu rumah memiliki beberapa anak yatim untuk dirawat dan dibesarkan maka barokahnya amal baik tersebut menyebabkan usaha orang tersebut berkembang tapi sebaliknya ketika amanah tidak berjalan maka segala apa yang diusahakan menjadi musnah. Berkah juga berarti kelapangan waktu. Kita bisa melihat seorang pekerja yang bekerja dari jam 8 hingga jam 17, dari Senin hingga Jumat. Ternyata dia masih diberikan kelapangan waktu untuk melanjutkan kuliah. Melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan penghasilan tambahan buat keluarga. Subhananllah.

Sabtu, 31 Maret 2012

ayat setan

UU APBN-P 2012 yang telah disahkan oleh DPR RI dan Pemerintah pada Sabtu dini hari, khususnya Pasal 7 ayat 6.a. seolah menjadi "jimat" bagi Presiden SBY untuk tetap ngeyel berkeinginan menaikan harga BBM di waktu yang akan datang.

Pasal 7 ayat 6.a. yang berbunyi : " Dalam hal harga rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) mencapai di atas 15% dari asumsi harga yang ditetapkan (USD 105) dalam waktu 6 bulan, maka pemerintah diperbolehkan untuk menyesuaikan harga eceran BBM "

Sedangkan ayat di atasnya (pasal 7 ayat 6) berbunyi : " Harga eceran BBM bersubsidi tidak mengalami kenaikan. "

Dalam pidato di Istana semalam, presiden SBY tak sekalipun menyebut pasal 7 ayat 6, tetapi berulang-ulang menyebutkan pasal 7 ayat 6.a. Menurut saya, pasal 7 ayat 6.a itu adalah " AYAT SETAN".

Yang namanya setan, pasti menyesatkan manusia. Sedangkan ayat setan, pasti akan dijadikan dalil untuk menyesatkan. Dan saya punya banyak argumentasi yang melandasi pendapat saya menyebut pasal 7 ayat 6.a itu sebagai " ayat setan" yang sesat dan menyesatkan.

Kamis, 02 September 2010

Nasionalisme Perpecahan Ummat Islam (Tanggapan Isu Konflik Indonesia - Malaysia)

Indonesia dan Malaysia adalah negara serumpun yang mempunyai banyak persamaan, sama-sama suku Melayu, sama-sama berbahasa Melayu, sama-sama mayoritas Islam, bahkan beberapa Pulau berbagi diantara dua negara. Perpecahan kedua bangsa terjadi karena ulah penjajah kafir Barat, Indonesia dijajah oleh Belanda dan Malaysia dijajah oleh Inggris. Sehingga disaat merdeka kedua bangsa membentuk negara masing-masing, meskipun banyak persamaan yang bisa menyatukan mereka dalam satu negara. Artinya, pemisahan kedua negara terjadi karena rasa nasionalisme yang memang telah diagendakan oleh penjajah kafir Barat.



Nasionalisme adalah ide bathil yang merupakan strategi Barat untuk melemahkan kekuatan Islam. Sehingga meskipun mereka mempunyai aqidah yang sama yakni Islam, tetapi perasaan bersaudara diantara sesama muslim menjadi pudar. Fakta minimnya rasa solidaritas sesama muslim, dapat disaksikan dari kurang pedulinya kaum muslimin dunia terhadap penjajahan dan pembunuhan oleh bangsa kafir terhadap kaum muslimin di Palestina, Afghanistan, Iraq, Moro-Philipina, Pattani-Thailand, Ambon-Indonesia, Uzbekistan, Chechnya, dll. Padahal konsep Islam: ”Innamal mu’minuuna ikhwah”, sesama mukmin bersaudara.



DR. Syafiq A. Mughni dalam “Sejarah kebudayaan Islam di Turki” menyatakan bahwa pada dasarnya bangsa Arab mempunyai ikatan nasionalisme yang kuat, kemudian datang Islam yang membawa konsep “ummah” yang mengesampingkan ikatan nasionalisme dan menyatukan dalam ikatan aqidah, Islam juga tidak mengenal batas wilayah.



Sayyid Quthb dalam ”Fiqih Dakwah” juga menjelaskan bahwa perjuangan Rasulullah saw tidak membawa-bawa nasionalisme. Rasulullah saw bisa saja menggunakan rasa Nasionalisme Arab dalam menyatukan penduduk Makkah, karena adanya ancaman 2 super power Rumawi dan Persia. Setelah penduduk Makkah bersatu (kaum musyrik Quraisy dan muslimin) maka Rasulullah saw mempunyai kesempatan luas untuk berda’wah dikalangan Quraisy, tetapi Rasulullah saw tidak melakukannya.



Rasulullah sangat membenci nasionalisme seperti ini, beliau memarahi sahabat yang menghina sahabat lain karena kebangsaannya, warna kulitnya atau sukunya. Beliau tidak membedakan Abu Bakar dan Umar yang Arab, Salman yang Persia, Shuhail yang Rumawi, Bilal yang negro (Habasyah Afrika), semuanya sama dihadapan Rasulullah saw. Islam hanya mengenal satu ikatan, yaitu Aqidah Islam. Hanya ikatan aqidah ini yang abadi, nasionalisme akan luntur ikatannya saat tidak ada lagi ancaman dari luar.



Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada ‘ashabiyyah (nasionalisme/sukuisme), orang yang berperang karena ‘ashabiyyah, serta orang yang mati karena ‘ashabiyyah (HR Abu Dawud).



Walhasil, seharusnya sesama muslim merasakan penderitaan muslim lain, apapun kebangsaan dan sukunya. Apalagi sesama muslim tidak boleh saling berperang, karena ketika dua orang muslim saling membunuh maka pembunuh dan yang dibunuh keduanya masuk neraka.



Apabila dua muslim berhadap-hadapan dengan senjata, maka pembunuh dan yang dibunuh keduanya di neraka. Aku (Abu Bakrah) berkata; ‘Wahai Rasulullah kalau yang membunuh itu sudah jelas berdosa, tapi bagaimana dengan yang dibunuh’. Beliau bersabda; ‘Iapun berdosa, karena telah bermaksud membunuh saudaranya’ (HR Muslim).



Seharusnya sesama muslim bersaudara dan menyatu dalam satu aqidah Islam, bahkan negeri-negeri kaum muslimin diseluruh dunia-pun seharusnya bersatu dalam satu pemerintahan Islam yakni Khilafah Islamiyah. Yakni sistem Islam yang telah diterapkan pertama kali di Madinah oleh Rasulullah saw, sistem Islam ini kemudian dilanjutkan oleh para sahabat utama (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali) yakni Khulafaurrasyidin, kemudian dilanjutkan oleh para Khalifah dari Bani Umayah, Abassiyah (Iraq dan Mesir) dan terakhir Utsmaniyah di Turki. Kekhilafahan terakhir dihancurkan oleh Inggris melalui tangan seorang Yahudi Kemal Attaturk pada tahun 1924.



Telah lebih 80 tahun kaum muslimin tidak mempunyai satu kepemimpinan (Khilafah Islamiyah), sehingga kaum muslimin mudah dipecah-belah, dihina-dinakan, didzalimi, dikuras kekayaan alamnya, bahkan dibunuh tanpa mempunyai cukup kekuatan untuk melawan kafir penjajah. Kaum muslimin lemah karena bercerai-berai dalam banyak negara, bahkan sesama muslim sendiri bertengkar seperti kasus blok Ambalat antara Indonesia-Malaysia. Saatnya kaum muslimin menyadari bahwa perlunya bersatu dalam Khilafah Islamiyah dan diterapkannya hukum-hukum Allah swt dalam pemerintahannya, sehingga Allah swt melimpahkan rahmat-Nya dan kita selamat dunia-akhirat.



Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (Al-A’raf 96).







Persatuan Ummat Islam atau Persatuan Bangsa (Nasionalisme)







Ketika Allah berbicara mengenai persatuan di dalam Al-Qur’an jelas bahwa yang dikehendaki ialah muncunya suatu kesatuan berdasarkan ikatan yang jelas dan hakiki. Allah tidak pernah menyuruh manusia untuk menjadikan hal-hal primordial sebagai sebab atau ikatan jalinan yang menumbuhkan persatuan antar manusia. Allah memang menyebutkan bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, namun Allah tidak pernah menyuruh kita untuk menjadikan faktor suku atau bangsa sebagai faktor perekat. Eksistensi suku dan bangsa yang beraneka ragam di tengah pergaulan antar manusia merupakan sebuah fakta yang tak terelakkan, tetapi bukan berarti persatuan berdasarkan kesamaan suku atau bangsa merupakan persatuan yang dianjurkan apalagi diperintahkan oleh Allah maupun RasulNya. Malah sebaliknya kita temukan sebuah hadits yang mencela persatuan sekedar berdasarkan fanatisme golongan, baik itu golongan berdasarkan kesamaan bangsa, suku atau warna kulit.



“Tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang menyeru kepada ashobiyyah (fanatisme golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang berperang atas dasar ashobiyyah (fanatisme golongan). Dan tidaklah termasuk golongan kami barangsiapa yang terbunuh atas nama ashobiyyah (fanatisme golongan).” (HR Abu Dawud 4456)



Islam mengajarkan ummatnya untuk menjadikan tali Allah sebagai faktor perekat antara satu sama lain sesama orang-orang beriman. Yang dimaksud dengan tali Allah ialah nilai-nilai yang bersumber dari ajaran sempurna Al-Islam. Islamic values merupakan satu-satunya sebab orang-orang beriman pantas dan layak bersatu dan berjamaah. Percuma kita meneriakkan slogan persatuan ummat Islam bilamana kita menyuruh mereka untuk mengikatkan diri kepada tali selain tali Allah alias ajaran Islam. Allah bahkan mengancam bahwa kondisi tercerai-berai pasti akan muncul bilamana kita berpegang kepada selain tali Allah.



”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai...” (QS Ali Imran ayat 103)



Allah mengancam bahwa segala bentuk persahabatan, persekutuan, koalisi, pertemanan, perkoncoan, aliansi, kemitraan akan berakibat kepada saling bermusuhan kelak di hari berbangkit, kecuali bila menjalin persahabatan yang berlandaskan taqwa kepada Allah semata. Mereka yang menjalin hubungan semata berlandaskan taqwa kepada Allah akan akrab di dunia dan tetap akrab di akhirat.



”Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS Az-Zukhruf ayat 67)



Persahabatan yang berlandaskan taqwa kepada Allah seringkali disebut sebagai Al-Ukhuwwatu Fillah (Persaudaraan dalam/karena Allah). Mengapa? Karena mereka yang bersaudara karena Allah adalah orang-orang yang sadar bahwa sesungguhnya Allah-lah sebab bersatu yang hakiki dan abadi.



”dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al-Anfal ayat 63)



Orang-orang yang bersatu bukan berdasarkan tali Allah akan bersatu sebatas masih tersedianya ”kekayaan” yang mempersatukan mereka. Kekayaan merupakan simbol dari ”kepentingan duniawi” yang sifatnya sementara bahkan sesaat. Begitu kepentingan tersebut telah menghilang, maka mereka akan segera tercerai berai dan hilang kesatuannya. Bahkan tidak kadang perpecahan serta permusuhan akan segera tampak selagi masih di dunia tanpa menunggu datangnya hari berbangkit.



Sedangkan orang-orang beriman tidak pernah tertipu. Mereka sangat faham dan sadar bahwa segala kepentingan dunia sifatnya adalah kesenangan sementara dan menipu. Maka mereka tidak akan mau menjalin bentuk persatuan, perkoncoan, pertemanan, aliansi, koalisi atau apapun namanya kecuali bila jelas bahwa yang jadi sebab dan landasan bersatu adalah Allah semata. Sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup. Jika kita menyatukan diri satu sama lain hanya karena Allah, maka kita akan merasakan keakraban yang melampaui batas-batas ruang dan waktu, sebab sampai kapanpun dan dimanapun Allah tetap hadir dan mendampingi mereka yang bersatu karena Allah. Sekalipun sudah sama-sama meninggal dunia, namun kelak ketika dibangkitkan di hadapan Allah mereka yang saling bercinta, bersaudara serta bersatu hanya karena Allah akan mendapati Allah sebagai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang di hari tersebut. Mereka tidak akan memiliki rasa takut, khawatir dan resah saat semua orang lainnya dalam keresahan dan ketakutan di hari Kiamat. Bahkan Allah akan menjadikan mereka sebagai orang-orang istimewa yang dibanggakan dan dilimpahkan cahayaNya. Sedemikian istimewanya kedudukan mereka sehingga menimbulkan kecemburuan dari para Nabi dan para Syuhada.



“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat mereka yang bukan para Nabi maupun para Syuhada, namun para Nabi dan para Syuhada cemburu dengan mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, kabarkanlah kepada kami, siapakah mereka? “ Beliau bersabda: ”Mereka adalah kaum yang saling mencinta dengan ruh Allah, mereka tidak diikat oleh hubungan keluarga di antara mereka maupun harta yang mereka kejar. Maka, demi Allah, sungguh wajah mereka bercahaya, dan mereka di atas cahaya. Mereka tidak takut saat manusia ketakutan. Dan mereka tidak bersedih saat manusia bersedih.” Lalu beliau membacakan ayat: ”Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah tidak merasa takut dan tidak bersedih hati.” (HR Abu Dawud 3060)



Saudaraku, sudah tiba masanya bagi ummat Islam, dimanapun dan kapanpun, untuk menyadari hal fundamental ini. Kita selama ini telah tertipu bila menyangka masih ada ideologi lain yang mampu mempersatukan manusia. Apapun nama ideologi tersebut. Oleh karenanya, marilah kita kembali meneladani sunnah Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dalam segala hal, termasuk dalam hal menjalin ikatan persahabatan dan mewujudkan persatuan.



Ideologi Nasionalisme itulah yang sempit dan primordial. Kenapa? Karena ia hanya sibuk dengan satu bangsa saja dan mengabaikan bangsa-bangsa lainnya. Itupun masih kita pertanyakan ketulusan dan kesungguhannya memperhatikan nasib bangsa tersebut. Sedangkan Islam datang justeru untuk mempersaudarakan ummat manusia dari aneka latar belakang suku dan bangsa.



Lihatlah sejarah, bagaimana Islam telah mempersaudarakan sahabat Umar bin Khattab dari bangsa Arab, Salman Al-Farisi dari Persia, Shuhaib Ar-Rumi dari bangsa Romawi dan Bilal bin Rabah dari Ethiopia. Jika hari ini kita lihat bahwa persatuan ummat Islam sedang tidak tampak, barangkali suatu pertanyaan mendasar perlu diajukan. Benarkah ummat Islam dewasa ini secara jujur telah menjadikan tali Allah saja sebagai perekat untuk mewujudkan persaudaraan dan persatuan di antara mereka satu sama lain? Wallahua’lam bish-showwaab.



Ya Allah, sungguh Engkau tahu bahwa hati-hati kami telah berhimpun dalam cinta kepadaMu, bertemu dalam taat padaMu, bersatu dalam da’wah menyeruMu, saling berjanji untuk menolong Syari’atMu, maka kokohkanlah -ya Allah- ikatannya, kekalkanlah kasih-sayang di antaranya, tunjukilah jalan-jalannya, penuhilah dengan cahayaMu yang takkan pernah padam, lapangkanlah dada-dadanya dengan keutamaan iman kepadaMu, keindahan tawakkal padaMu, hidupkanlah dengan Ma’rifah akan Engkau dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau-lah sebaik-baik Pemimpin dan sebaik-baik Penolong. Sholawat dan salam atas Rasulullah Muhammad. Amin ya Rabb.



Masihkah kita mempertahankan nasionalisme, yang memecah belah kita, sementara kaum kuffar telah menumpahkan darah saudara kita di muka bumi ini. Lihatlah keadaan kaum muslim Palestina, di Iraq, dan dinegeri muslim lainnya, siapa yang berani membela mereka. Sementara kita sibuk ingin bereperang dengan saudara kita sendiri ??????

Rabu, 28 April 2010

Hari ini, niat nya ingin nulis sesuatu di blog yang lama sudah tidak di update ini, lama tak diupdate bukan karena sudah tidak sayang lagi, tapi karena.. ahh.. sudahlah, tdk udah di jelaskan lagi, kemarin sudah ditulis disini, he2..

Klo udah lama tdk nulis blog, susah jg yah (bagi saya) mo nulis lg.. walaupun sebenarnya ada banyak ide tulisan yang ingin dituangkan di otak ku ini. Untuk itu, salut dech buat anda-anda yang masih bisa rutin update blog, tdk gampang lho ternyata update blog secara rutin itu, apa lagi klo blognya itu blog ber-niche spesifik, klo blog acak-adul seperti ini seharusnya tdk usah pusing2 begini.. . Blognya aja yang dikasi slogan “Arham zam ” walaupun isinya campur-campur . biar keren gini lho.. xixixixi..

Yah, karena saya (tadi pake ‘aku’ sekarang ’saya’.. wes, karepku lah.. he2..) sudah lama tdk nulis, maafkan klo tulisan ini tidak menggunakan susunan dan padanan kata yang baik dan benar.., soalnya kalo ditulis dengan baik dan benar ntar saya tdk jadi-jadi nulis, jadi ini cuma tulisan ngalir saja.. liat aja, sampai baris ini masih ga nyambung-nyambung ama judulnya khan.. kwakwkakwa…


Okeh.., awalnya tadi saya mo tulis suatu yang berbau Wisata Alam Mamauju, uang mengusung info seputar batu -batu ajaib ciftaan Allah, terutama seputar Batu berbentuk kura-kura..batu besar berbntuk nenas..batu bergambar telapak kaki..dan lain-lian pokoknya banyak deh bentuk batu nya...yang pasti ketika anda akan liat pasti kagumlah..dan Insya Allah klo ada waktu aku lagi pasti aku upload gambarnya deh...Tunggu aja yach

Selasa, 23 Februari 2010

Kemiskinan

Sekali pun ada yang disebut dengan wilayah abu-abu, namun secara umum dalam kehidupan ini selalu terdapat dua sisi yang saling berhadapan. Ada sisi baik, tapi ada juga sisi buruk. Ada dunia nyata, namun tumbuh pula dunia maya. Ada rahmat, tapi ada pula tragedi. Ada siang, ada malam. Ada pagi, pasti ada sore. Ada lelaki, juga ada perempuan. Ada orang kaya, juga ada orang miskin. Ada dunia, tentu ada akhirat. Ada duka, pasti ada ceria. Padanan suasana seperti itu, seperti nya sudah menjadi "postulat" hidup, yang sangat tidak mungkin akan dapat ditolak kehadiran nya.

Pembangunan yang kita lakoni selama ini, kelihatan nya tidak jauh berbeda dengan fenomena yang digambarkan diatas. Tidak semua proses pembangunan berlangsung seperti yang diharapkan. Harapan dan kecemasan seringkali muncul menjadi kerisauan berbagai macam kalangan. Pembangunan yang seharus nya mampu memberi keberkahan bagi kehidupan warga bangsa, seringkali dihadapkan pada hal-hal yang bertolak-belakang dengan pemikiran yang sejak awal direncanakan. Pembangunan yang diskenariokan agar dalam waktu yang tidak terlampau lama mampu mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat, rupa nya tidak segampang yang diinginkan. Lebih mengenaskan lagi, ternyata pembangunan yang dilaksanakan malah banyak melahirkan korban. Termasuk di dalam nya korban-korban yang diakibatkan oleh perlakuan-perlakuan sesama warga bangsa nya sendiri.

Upaya menihilkan korban pembangunan, memang sudah dijadikan komitmen bersama, khusus nya mereka yang bertanggungjawab terhadap urusan ini. Kita sepakat bahwa bergelimpangan nya korban-korban pembangunan harus segera dihentikan. Kita bertekad bahwa dampak buruk pembangunan harus mampu dieleminir sedemikian rupa, sehingga tidak melahirkan masalah baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Dari berbagai fakta di lapangan, ternyata yang nama nya "borok-borok pembangunan", masih saja mengedepan dalam kehidupan dan menjadi kewajiban kita bersama guna menyembuhkan nya.

Dari sekian banyak borok pembangunan yang dihadapi, ternyata yang disebut dengan kemiskinan, baik yang sifat nya alamiah atau buatan adalah penyakit khronis pembangunan yang belum mampu diselesaikan hingga tuntas. Sejak negeri dan bangsa ini dipimpin Bung Karno hingga ke Sby hari ini, kemiskinan rakyat masih saja tampil menjadi dilema kehidupan. Kemiskinan memang kita benci kehadiran nya. Sayang nya kita tak kuasa melawan. Dari sinilah kemudian muncul kesan bahwa kemiskinan memang kita benci sekaligus kita restui keberadaan nya.

Terompet perang melawan kemiskinan sendiri sudah sejak lama ditiup. Genderang pun sudah sejak lama di tabuh. Kebijakan, strategi bahkan program aksi telah banyak digulirkan. Penelitian dan kajian senantiasa dilakukan oleh teman-teman peneliti, perguruan tinggi dan lembaga lain yang ahli di bidang nya. Pendampingan yang dilakukan oleh LSM juga telah dilaksanakan. Kemiskinan dikeroyok rame-rame. Semua pendekatan diarahkan kesana. Mulai yang sifat nya regional hingga ke sektor. Lalu lahirlah Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, baik di Pusat, Provinsi mau pun Kabupaten/Kota. Ironis nya, kehadiran Tim seperti ini belumlah mampu berbuat banyak. Yang terjadi, Tim tersebut seolah-olah sedang mati suri. Papan nama dan Surat Keputusan nya ada, namun kiprah dan kegiatan nya nyaris tak terdengar. Padahal Tim itu langsung diketuai oleh seorang Sekretaris Daerah yang nota bene selaku "orang nomor satu" di lingkungan pegawai negeri. Kita berkeyakinan bahwa kemiskinan bukanlah sebuah prestasi yang harus dijadikan kebanggaan. Kita percaya bahwa tidak ada seorang pun warga bangsa yang merasa senang hidup dalam suasana miskin. Pendek kata, kemiskinan adalah musuh bersama, yang harus dituntaskan secara bersama-sama pula.

Begitulah kondisi nya. Sebagai borok pembangunan, kemiskinan tampak masih sulit untuk disembuhkan. Terlalu banyak faktor yang menghambat nya. Kemiskinan memang sudah sangat sering diseminarkan. Ironis nya, sesering kemiskinan dibahas, maka jumlah orang miskin seakan tak berubah. Data BPS sendiri menunjukkan terjadi penurunan angka kemiskinan, tapi jika kita tengok kehidupan orang miskin di lapangan, ternyata "kualitas" kemiskinan nya seakan tidak mengalami perubahan. Kuantitas boleh berkurang, namun akan terasa memilukan jika kualitas nya pun menjadi semakin parah.

Semoga dikehangatan bangsa ini berjuang keras memerangi kemiskinan, maka jumlah orang miskin bakal berkurang. Bukan sebalik nya yang terjadi, dimana hiruk pikuk pembangunan malah menyuburkan kemiskinan yang berkualitas.

Salam,

Kamis, 21 Januari 2010

Tips

Memiliki sendiri meja kerja pribadi yang dilengkapi dengan seperangkat komputer dengan fasilitas internet super cepat memang memberi kemudahan dalam menyelesaikan segala urusan pekerjaan. Anda bisa browsing, berkirim e-mail dengan rekan-rekan kerja hingga memperluas jaringan Anda.

Saat mengecek email, berhati-hatilah. Bisa-bisa waktu Anda terbuang percuma selama satu hari hanya karena Anda terlalu disibukkan mengecek banyaknya email yang masuk ke inbox Anda. Untuk menyiasatinya, perhatikan cara-cara berikut ini:

1. Periksa e-mail dua kali sehari
Banyaknya waktu terbuang percuma dalam pekerjaan salah satu penyebabnya karena terlalu sering mengecek e-mail yang masuk. Agar lebih efektif, periksa email Anda dua kali sehari. Lakukan pada saat Anda sedang tidak terlalu disibukkan dengan pekerjaan, misalnya pada jam-jam pagi (08.00) sebelum memulai beraktivitas kerja dan setelah waktu kerja selesai pada jam 6 sore.

2. Pakailah dua akun yang berbeda untuk e-mail pribadi dan urusan pekerjaan. Ini adalah langkah yang tepat memisahkan urusan kantor dan masalah pribadi. Ingat, Anda harus sangat disiplin dengan sebisa mungkin menghindari godaan untuk membuka e-mail pribadi Anda.

Bagilah waktu Anda sebaik mungkin, jika di kantor maka urusan yang paling penting adalah pekerjaan, sedang untuk urusan pribadi lakukan di rumah saja. Semisal Anda tergabung dalam sebuah komunitas atau milis, usahakan supaya milis tersebut dikirim ke akun pribadi Anda karena dapat dibuka di waktu senggang.

3. Menyaring e-mail tidak penting
Terkadang banyak kita jumpai email komersil (junk email) masuk ke dalam inbox dan jumlah puluhan. Hal ini tentu saja sangat mengganggu, karena itu penting sekali untuk menggunakan program-program yang dapat membuang secara otomatis junk email tersebut. Tujuannya supaya waktu Anda tak terbuang percuma.

4. Atur pesan dan alamat yang masuk
Manfaatkan fitur address book dalam program e-mail Anda untuk mengatur semua e-mail penting yang masuk. Selain tidak menghabiskan waktu, fitur ini akan menghindarkan Anda dari kesalahan-kesalahan kecil seperti salah mengetik alamat. Masukkan pesan-pesan tersebut dalam folder agar lebih rapi, sehingga inbox hanya berisi pesan-pesan yang belum terbaca.

5. Lakukan sesimpel mungkin
Jika Anda diharuskan membalas suatu e-mail, buatlah balasan sesingkat mungkin, semisal dengan jawaban ya atau tidak (tentunya ini bila memungkinkan).

6. Hindari godaan chatting
Sebisa dan sekuat mungkin hindari godaan menggunakan fasilitas chatting di saat jam-jam produktif Anda berjalan. Chatting tak penting hanya akan membuat konsentrasi Anda pada pekerjaan menjadi terpecah-pecah. Bahkan jika ini dilakukan pada waktu istirahat terkadang bisa membuat lupa waktu. Namun lain hal jika chatting harus dilakukan untuk urusan pekerjaan.

Selasa, 22 Desember 2009

Kemarin Prita, Hari ini Luna Maya, Mungkin Besok Bisa Menimpa 'KITA' ??

Kemarin Prita, Hari ini Luna Maya, Mungkin Besok Bisa Menimpa 'KITA' ??

Berekspresi di dunia maya tampak semakin tidak menyenangkan. Paling tidak, itulah kesan yang dapat kita ambil setelah Prita Mulyasari "dipaksa" untuk duduk menjadi pesakitan di sebuah Pengadilan Negeri. Belum lagi masalah Prita tuntas, kini muncul lagi kasus Luna Maya. Selebriti cantik ini dilaporkan karena dinilai telah melanggar Pasal 27 ayat 3 UU ITE tentang pencemaran nama baik di media online, fb, twitter, blog, dan lain sebagainya. Kemarin Prita, sekarang Luna Maya, dan besok-besok bisa saja menimpa "KITA" ?

Sebagai produk hukum UU ITE tentu tidak jauh berbeda dengan UU yang lain. Tapi, dari sisi substansinya, sudah barang tentu penting kita cermati dengan seksama. Beberapa pertanyaan mendasar yang penting kita ungkap adalah apakah para inisiator atau "aktor intelektual" yang menyusun UU ITE ini sudah memahami dan menghayati benar akan dampak dari diterbitkan nya UU tersebut ? Apakah di benak mereka telah terpikirkan akan adanya kasus Prita yang dampak nya mampu membangun sebuah "penggugatan terselubung" atas sebuah putusan peradilan di negeri ini ? Apakah mereka sudah dapat mengantisipasi bahwa kalau UU ITE ini diterapkan, maka akan lahir sebuah gerakan koin untuk keadilan ? Apakah....... ? Apakah........? Dan lain-lain pertanyaan yang umum nya "menyayangkan" terjadi dampak ikutan dari diterapkan nya sebuah UU !

Terkait dengan Ayat dan Pasal dalam sebuah UU, biasa nya tergantung tafsir dan persepsi. Begitu pun dengan Pasal 27 Ayat 3 UU ITE. Artinya, kalau memang kita tidak suka atas sebuah pernyataan, yang paling bijak adalah "jangan sekali-kali masuk ke halaman orang". Bukankah masing-masing diri kita memiliki etika ? Yang kemudian muncul menjadi masalah adalah bagaimana kita dapat beretika di dunia maya ? Sampai sejauh mana porsi etika ini dijadikan titik kuat tatkala UU ITE ini dibahas ? Dan sudahkah dipertimbangkan sebuah slot khusus untuk menampung kasus-kasus yang khas dan unik ?

Kasus Luna Maya, adalah fenomena yang berhubungan dengan pemburu berita. Untuk itu sudah saat nya kita memikirkan "aturan main" para pemburu berita dalam "menemui" para sumber berita. Etika seperti apa yang sebaiknya kita sepakati. Haruskah dalam rangka mengejar jam tayang, para pemburu berita dapat memaksakan kehendak nya ? Rasa-rasa nya kita perlu menengok rasa adil dan kemanusiaan. Para sumber berita atau selebritis juga manusia. Mereka pasti memiliki nurani. Mereka ingin hidup normal dan wajar. Mereka bukan obyekan. Mereka adalah bagian dari anak bangsa yang butuh "kepatutan" untuk hidup bermasyarakat. Kita tidak tahu bagaimana jadi nya kalau "kekesalan" seorang Luna Maya ditulis dalam buku harian nya ? Lalu disimpan nya bertahun-tahun dalam sebuah lemari pakaian ? UU model apa yang dapat menjerat kasus yang demikian ?

Selamat berakhir pekan...

Salam,